Sabtu, 30 Juli 2011

Surat terbuka untuk Allah ,,,

Wahai Rabb ,,
Mohon, hentikanlah pengkhianatanku ,,,
Kala didepanMu, dikala shalatku  terus saja kulafadzkan “ iyyakana’budu wa iyyakanasta’in ,,, “
Selepasnya, Engkau tau kalau kalimat itu tanpa bukti. Sekadarnya, melengkapi shalatku, karena tanpa kata itu aku tidak layak melanjut ke ayat berikutnya …
Kala di depan hambaMu, layaknya ku berikhtiar seolah aku paham bahwa Engkau melihatku, mengawasi laku-ku dan lisanku, berolah gerak seakan-akan dalam diriku hanya ada cintaMU.
Selepasnya, Engkau tau, kala sendiriku aku tidak demikian. Meringkuk bersedih berputus asa seolah makhluk malang yang tidak kebagian  jatah dari langit. Mengira dunia ini tanpaMu, dan seenaknya bermaksiat kala mereka tidak melihatku dan lupa bahwa Kau melihatku ,,,
Wahai Illahku ,,,
Mohon hentikan segala kemunafikanku ,,,
Kala aku berkata, tak  jarang yang melesat dari takaran tepat. Tiap kebohonganku kuselimuti dengan kebohongan yang lain, padahal aku tau, kekasihMu tak pernah berdusta walau dalam candanya. Siapakah yang kuteladani hingga kebohongan ini pun tak jarang kuuguhkan atasMu, aku berbohong padaMu. Hebat bukan ? membohongi penciptaku dengan berkata “ aku ridho Engkau sebagai Rabb-ku ,,, “, namun sering kupertanyakan keputusanMu atas hidupku, mengingkari ketetapanmu atas hidupku seolah-olah aku lebih tau yang terbaik untukku, untuk hidupku, daripadaMu.
Dengan sangat mudah berjanji, dan lepas sesudahnya aku melupakan, walau teringat, aku lebih memilih menunda hingga benar-benar lupa dari ingatanku. Coba kuhitung ,,,, hmmm, tak terhitung lagi janji ku yang terabai nama, hingga aku lupa kepada siapa saja ku mengumbar janji. Dan iya ,,, aku juga sering berjanji padaMU, dan ku sempurnakan kemunafikanku mendustaiMU sekaligus hambaMU. Hina bukan ? dan itulah aku ,,,
Cinta dengan amanah, namun tidak mencintai apa yang harus ditunaikan atasnya, khianat atasnya. Aku suka ke-popularitasan, mereka akan mengenal ku sebagai orang yang wahhhhhhhhhh ,,, dan aku senang. Aku berkhianat atas amanah yang dipercaya atasku, berkata tak sanggup walau jelas ku menyanggupi gelar yang tersemat atasku, baik sebagai ketua bidang X, mas’ul bidang Y, coordinator acara Z, aku hanya menyanggupi namaku bersanding dengan jabatan-jabatan itu dan tidak ingin repot-repot dengan urusan yang melelahkan. Dan aku berkhianat dengan berjuta alasan  untuk menghindari satu kerja nyata yang harus kutunaikan.

Ya muqallibul qulub ,,,
Peliharalah hatiku ,,, sungguh, aku tahu ia lelah  membersamaiku. Penolakan yang selalu ku beri  atas fatwanya cukup menjadi alasan  baginya mengadu padaMu, atas ciptaanMu ini yang tak peka akan kebeningan hati, karena sungguh kekeruhan lebih mencintai wadah itu, tidak lain hanya karena kema’siatan yang menjadi hobiku, berma’siat atasMu.
Sungguh, tak lepas ku jerat hatiku dengan dengki, iri ,,, terkadang bukan karena kebaikan mereka, namun dengki yang amat keji, dengki yang tak beralaskan kebaikan. Aku malu ,,,
Berapa banyak kemarahan yang terpusat di hatiku, namun wajahku tak terlihat marah, bermanis-manis  tak ikhlas ,,,, berapa banyak kesinisan kata yang kugubah menjadi nasehat yang sebenarnya bukan nasehat, namun aku seolah-olah pemberi nasehat, aku hanya ingin mengatakan bahwa “ kamu salah dan aku yang benar ,,, “.
Sungguh ,,, mereka tidak tahu ,, namun Engkau tahu ,,, inilah aku ,,,
Saat pujian yang layaknya bukan tertuju padaku, saat kemenangan yang bukan karenaku ,,, sadarkanlah aku bahwa aku harus mensucikan diri, mensucikan jiwa ,,,
Ajarilah aku jujur adaMU ,,, jujur pada diriku sendiri ,,, jujur pada hambaMu ,,,
Hingga tiada lagi yang terkhianati ,,, termasuk Engkau , Dzat yang lebih kucintai dari dunia dan seisinya ,,,
Dan saksikanlah ,,, Engkau lebih berhak kucintai daripada diriku sendiri ,,, dari pada apa pun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar