Sabtu, 30 Juli 2011

“ Penghambaanku … “

Bismillahirrahmanirrahim ….
Alastu birobbiikum ,,, qoluu balaa syahidna …Cukuplah persaksian ruh dan jasad yang masih suci ini untuk menghantarkan diri ini pada sebuah penghambaan yang agung. Penghambaan nan indah terjalin sempurna, dari sebuah jasad dan ruh yang suci. Namun, ingin rasanya bertanya pada diri ini yang dulunya turut bersaksi dengan sebuah soalan yang tidak bermaksuud merobek kepercayaan, menelanjangi keyakinan, bahkan mengingkari keberadaan,
“ Benarkah seperti itu ??? … “
“ Benarkah yang disampaikan jasad yang bersiap-siap berhadir di bumi yang tidak lebih ddari sebuah persinggahan ??? … “
“ Benarkah lisan dan hatinya yang berkata demikan dan kelak akan di buktikannya di muka bumi yang sama sekali belum ia kenali ??? … “
“ Benarkah demikian … ??? “
***
Guratan lelah terlihat jelas terpahat di wajah ini, sesekali desah nafas yang berat seolah sebuah gunung setia menduduki punggung yang lemah ini. Hati sudah tak ingin berdialog dengan akal, tak sedia lagi berunding dengan pikir, dan sebuah kata meluncur, melesat bagai anak panah milik panglima perang yang bernafsu menghabisi lawan,
“ Aku LELAH … aku BERHENTI dari jalan ini … “
Benar adanya, panah itu mengenai “ penghambaan “ yang dulu di persaksikan. Sungguh, tiada masalah dengan kalimat awalnya “ Aku lelah … “ tak seorang pun yang mungkir, tapi wahai diri … siapa yang membujukmu berkata,
 “ Aku berhenti dari jalan ini … .“
Apakah tidak terekam bagimu perjuangan kekasihNYA, Muhammad saw, sahabatnya, dan sederetan nama yang mencintai jalan ini. Mungkin, bukan tidak terekam, tapi kenaifan sedang bermain di celah kelelahan.
Namun, diri … mundurlah ke belakang, berbalik arahlah sebab ku lihat arah langkahmu tidak lagi sama dengan para rajulud da’wah, sudah sedia mencipta arah yang berkebalikan. Jajari langkah-langkah pencinta da’wah, walau sempat diri ini tertinggal karena berhenti sebentar, susuri langkah-langkah mulia itu karena kulihat diri ini sudah agak jauh tertinggal.
Berlelah-lelah di jalan da’wah, merajut cinta, menyatukan kasih sayang, menyerasikan langkah, menyeragamkan kata. Dan terlihat lelah yang menjuntai anggun, kebencian yang tidak menampakkan diri, iri yang berlari dari diri, persimpangan yang makin menyatu arah, perdebatan yang tidak menyakitkan. Semua terlihat jelas menjelaskan seumpama malam atas siang.
“ Apakah syurga tidak menggiurkan buatmu, wahai diri … ??? “
Cukup sudah, terlihat penghambaan itu pulih dari anak panah yang ku tancapkan. Penghambaan yag terus melantunkan lagu PERJUANGAN dan PENGORBANAN. Guratan lelah memang masih meyisa, tapi tiada kata,
“ Aku berhenti dari jalan ini … “
***
Sesosok bayangan menjamu malam, terisak tangis menyuguhi gelap. Sunyi, senyap. Hanya sendiri sebab yang lain terlelap. Sujud nan panjang tersaksikan menengadahi malam dengan mengirim berjuta do’a, namun sangatlah heran berdengar kata,
“ Aku sendiri … aku sendiri … “
Zahirnya itu bukanlah kalimat yyang salah sebab yang lain terlelap dan diri ini terjaga. Ahh … tapi, layakkah lisan ini tegas berkata ,
“ Ya Rabb … aku hanya sendiri … “
Lalu, diri … dengan siapakah kamu mengeluh barusan ??? Ada sebuah kata yang kau sebut,
“ Rabb … “
Lupakah engkau diri … bukankah Dia berkata,
“  Aku dekat … “
Sebuah ibadah yang kehilangan makna, tercuri oleh sebuah nafsu yang hakikatnya ingin berkata,
“ Ya Rabb … aku butuh dia, mereka… “
Kecemburuan yang amat besar dariNya.
Layakkah diri ini berkata demikian padahal muatan langit dan bumi sedia Ia berikan ???
Pantaskah jasad ini berkata demikian padahal susunan tubuh yang begitu sempurna Ia anugerahkan ???
Wajarkah hati ini   berkata demikian padahal Ia tiada bosan mengirim paket permintaan yang kita minta tanpa ada kata “ Alhamdulillah … “
Sempurnakah diri ini meminta dzat yang Ia cipta tanpa meminta ,
“ Dekatkan aku denganMU … malah sebaliknya,
 “Aku butuh orang lain … “
Luruhlah sebuah penghambaan yang diri ini persaksikan di depanNya. Sungguh ,,, dimanakah letak ketidakbenaran yang terang-terangan ditunjukkan diri ini, bahkan dalam sebuah ibadah yang hakikatnya untukNYA, lalu nyali dari mana yang diri ini peroleh untuk berkata,
“ Ya Rabb ,,, aku sendiri … “
Sempurna dengan buliran airmata. Wahai diri … dengarlah dengan kejerniahan dan kebeningan hati  yang sering terkotori, singkaplah dulu tirai-tirai dosa yang lama tidak terbasuh hingga jelas terdengan olehmu,
“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat … “
Dan nantinya tiada kata yang tak bermakna dalam ibadah ini, ibadah yang benar dan terhilangkan niat untuk  menjadikan sebaik-baik dzat cemburu dan murka. Dan terlihat, penghambaan itu menjadi benar,, sembuh dari sebuah kekeliruan , dengan sujud yang panjang diri ini berkata,
“ Ya Rabb ,,, izinkan aku berada di dekatmu, dunia dan akhirat … “
***
Sebuah penghambaan yang bermahkotakan Cinta …
Aku mencintaiMU dengan segala apa yang ada dalam diri ini …
***
TO BE CONTINUED …


C35, SABTU : 30 October 2010 ; 11.30 wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar