Sabtu, 30 Juli 2011

Penghujung Malam

Gelap yang semakin gelap.Tidakkah aku takut?? Hitam y semakin kelam..tapi tidak Alhamdulillah fajar mulai merapat,tanpa sepakat,tanpa iya dari sang malam,tanpa tahu dari sang kelam.Tapi bergulir hari demi hari,tiada pertikaian,tiada tuding menuding tuk hadir lebih dulu ataupun mengakhiri,semuanya berjalan tak mengawali,tapi membersamai..begini seterusnya.
Terang mengakhiri gelap,tidaklah mengambil alih,tidak jua meniadai.Berganti..bergulir..tanpa benci.
Menyapa bumi dengan kekuatan terang yang mampu mengusir kelam..kekuatan yang amat dahsyat terkira ingin sampaikn pada mereka yang berdiri dibumi,kekuatan dah ada diawal pagi..dipenghujung malam..GUNAKAN ATAU ABAIKAN

Arti Persahabatan

Tak termaknai,tapi menandai artinya.Mengharap bersama tak perhitungkan jarak walau waktu tak berkehendak jua.Layaknya bintang gemintang yang kan redup kala sang mentari hangat menyapa.Ianya menggantikn bintang,tapi bukan menyakiti tak jua mengambil alih..tetap mempersilakn walau tak bersua tapi tahu ia ada dan pasti kan datang,selalu bergulir dan selalu begini.
Ketulusan yang ada bukan luluh.Tulus tuk mjd lilin y mencahayai bukan melebur meniadai,tulus tuk menjadi awan meneduh bukan menghalangi,tulus setulus cahaya sang matahari yang tak meminta tuk pantulkan lagi cahayanya.
Memaknai dingin bukan berarti beku,tapi ianya ingin kehangatan.Memaknai gelap bkn berarti tanpa cahaya,tapi ianya membutuhkn cahaya.
Semulia kisah jalinan kasih persahabatn generasi terbaik dahulu.Tiada saling mendahului,tp melangkah bersama.Tiada saling meniadakn,tp menegas ukhuwah.Tiada saling mencibir,tapi kata menyenangkn lg menyelamatkn.
Ya Rabb..izinkan kami mengikat erat tali persahabatan dengan kemuliaan namaMU..jadikan kami sahabat tuk sekarang bersama berjuang karenaMU dan kelak bersama bersua denganMU..wahai sebaik2 Dzat

Rinduku, CIntaMu

Tiada yang tak Kau beri,semuanya,sedangkan aku hanya sedikit tak jarang tidak ada.Tiada yang tak ku minta padaMU,semuanya,sedangkan Engkau tak kurang kemuliaan tanpa aku.
Tiada yang tak Kau beri walaw tidak sekarang,tapi nanti..walaw bukan dengan ini,tapi dengan yang itu,yang terbaik.
MengingatMU dalam keadaan sakit,sedih,tertekan,putus asa..lainnya sangat jarang.
Ya Rabb..hubungan ini sangat tak seimbang,gradien yang amat terlalu besar.Aku serasa nyaman begini,hidup berlimpah ni'mat dariMU tapi tak jarang khianatiMU.Dengan lahap memburu pemberianMU tapi hampir selalu durhakaiMU.Duh Rabb..cinta apakah cintaMU ini,,Kau taburi aku cinta..Kau limpahi aku anugerah..Kau suguhi aku ni'mat.CintaMu mengarahkan ku pada cahaya terang yang enggan redup..hanya dengan cintaMU..
Rinduku terkadang menegas menandaiMU,tapi sesaat menyamar kabur.Tapi, Engkau tetap yang mengisi relung hati,aliran darah,denyut nadiku..izinkan ya Rabb..hanya ada Engkau,lainnya KarenaMU

Masa-masa di hatiku

Kepingan memori yang masih trus kucoba merangkainya kembali.Entah kapan bermula dan apakah kan berakhir.Hati ini terlalu lemah untuk melupakan.Kepingan2 yang aku anggap menjadi aib diriku,yang menjadi alasan kehinaanku dimataNya.Mengapa tak bisa menghapus bayang ataupun meredam rekaman2 suara itu.Tak ingin aku mengulang,tapi yang dulu terus saja mengikat.Kuat terasa amat kuat dan aku tak kuasa lepas.Masa-masa dihatiku yang akan menjadi kenangan ataukah hal yang terwujud jelas di alam nyata...Pergilah sejenak dan tak mengapa dan tak mengapa datang kembali,karena hati ini terus saja menanyakan...

Layakkah aku sore ini?

Sejenak inderaku terkagum pada sebuah notes yang belum selesai ku baca, secepat akalku ingin menulis , menulis apa saja yang ingin ku ungkapkan.Tapi, terpekur ku bertanya pada diriku
sendiri ... layakkah aku ???
Layakkah susunan kata ini menjadi rangkain kalimat bermakna yang lahir dari orang sepertiku ???
Duh .. pemilik kerajaan langit dan bumi, aku lupa kapan kali terakhir luang lisanku tulus berdo'a dilimpahi ilmu olehMu.namun terkadang berani ku berbangga dengan dengan bangga yang Kau benc.
layakkah do'a ku diijabah olehMu sedangkan tak jarang aku lupa bersyukur sebab pintaku yang sering Kau beri ...
Layakkah sekarang ku meminta lebih dari mereka atau setidaknya sama seperti mereka yang mereguk keberhasilan tapi tiada sadar aku bahwa mereka bukan seperti aku yang tiada berusaha ..
Dan terakhir , layakkah aku bertanya mengapa hariku masih saja seperti ini ... tak tahu kah aku tiada Kau ubah keadaanku tanpa aku yang mengubah sendiri, dan tiadakah aku tahu bahwa mereka berbuat lebih, lebih dari sekedar cukup hingga keberhasilan mencintai keberadaannya ...
FAUQA MUSTAWAL AKHYAR ...

“ Penghambaanku … “

Bismillahirrahmanirrahim ….
Alastu birobbiikum ,,, qoluu balaa syahidna …Cukuplah persaksian ruh dan jasad yang masih suci ini untuk menghantarkan diri ini pada sebuah penghambaan yang agung. Penghambaan nan indah terjalin sempurna, dari sebuah jasad dan ruh yang suci. Namun, ingin rasanya bertanya pada diri ini yang dulunya turut bersaksi dengan sebuah soalan yang tidak bermaksuud merobek kepercayaan, menelanjangi keyakinan, bahkan mengingkari keberadaan,
“ Benarkah seperti itu ??? … “
“ Benarkah yang disampaikan jasad yang bersiap-siap berhadir di bumi yang tidak lebih ddari sebuah persinggahan ??? … “
“ Benarkah lisan dan hatinya yang berkata demikan dan kelak akan di buktikannya di muka bumi yang sama sekali belum ia kenali ??? … “
“ Benarkah demikian … ??? “
***
Guratan lelah terlihat jelas terpahat di wajah ini, sesekali desah nafas yang berat seolah sebuah gunung setia menduduki punggung yang lemah ini. Hati sudah tak ingin berdialog dengan akal, tak sedia lagi berunding dengan pikir, dan sebuah kata meluncur, melesat bagai anak panah milik panglima perang yang bernafsu menghabisi lawan,
“ Aku LELAH … aku BERHENTI dari jalan ini … “
Benar adanya, panah itu mengenai “ penghambaan “ yang dulu di persaksikan. Sungguh, tiada masalah dengan kalimat awalnya “ Aku lelah … “ tak seorang pun yang mungkir, tapi wahai diri … siapa yang membujukmu berkata,
 “ Aku berhenti dari jalan ini … .“
Apakah tidak terekam bagimu perjuangan kekasihNYA, Muhammad saw, sahabatnya, dan sederetan nama yang mencintai jalan ini. Mungkin, bukan tidak terekam, tapi kenaifan sedang bermain di celah kelelahan.
Namun, diri … mundurlah ke belakang, berbalik arahlah sebab ku lihat arah langkahmu tidak lagi sama dengan para rajulud da’wah, sudah sedia mencipta arah yang berkebalikan. Jajari langkah-langkah pencinta da’wah, walau sempat diri ini tertinggal karena berhenti sebentar, susuri langkah-langkah mulia itu karena kulihat diri ini sudah agak jauh tertinggal.
Berlelah-lelah di jalan da’wah, merajut cinta, menyatukan kasih sayang, menyerasikan langkah, menyeragamkan kata. Dan terlihat lelah yang menjuntai anggun, kebencian yang tidak menampakkan diri, iri yang berlari dari diri, persimpangan yang makin menyatu arah, perdebatan yang tidak menyakitkan. Semua terlihat jelas menjelaskan seumpama malam atas siang.
“ Apakah syurga tidak menggiurkan buatmu, wahai diri … ??? “
Cukup sudah, terlihat penghambaan itu pulih dari anak panah yang ku tancapkan. Penghambaan yag terus melantunkan lagu PERJUANGAN dan PENGORBANAN. Guratan lelah memang masih meyisa, tapi tiada kata,
“ Aku berhenti dari jalan ini … “
***
Sesosok bayangan menjamu malam, terisak tangis menyuguhi gelap. Sunyi, senyap. Hanya sendiri sebab yang lain terlelap. Sujud nan panjang tersaksikan menengadahi malam dengan mengirim berjuta do’a, namun sangatlah heran berdengar kata,
“ Aku sendiri … aku sendiri … “
Zahirnya itu bukanlah kalimat yyang salah sebab yang lain terlelap dan diri ini terjaga. Ahh … tapi, layakkah lisan ini tegas berkata ,
“ Ya Rabb … aku hanya sendiri … “
Lalu, diri … dengan siapakah kamu mengeluh barusan ??? Ada sebuah kata yang kau sebut,
“ Rabb … “
Lupakah engkau diri … bukankah Dia berkata,
“  Aku dekat … “
Sebuah ibadah yang kehilangan makna, tercuri oleh sebuah nafsu yang hakikatnya ingin berkata,
“ Ya Rabb … aku butuh dia, mereka… “
Kecemburuan yang amat besar dariNya.
Layakkah diri ini berkata demikian padahal muatan langit dan bumi sedia Ia berikan ???
Pantaskah jasad ini berkata demikian padahal susunan tubuh yang begitu sempurna Ia anugerahkan ???
Wajarkah hati ini   berkata demikian padahal Ia tiada bosan mengirim paket permintaan yang kita minta tanpa ada kata “ Alhamdulillah … “
Sempurnakah diri ini meminta dzat yang Ia cipta tanpa meminta ,
“ Dekatkan aku denganMU … malah sebaliknya,
 “Aku butuh orang lain … “
Luruhlah sebuah penghambaan yang diri ini persaksikan di depanNya. Sungguh ,,, dimanakah letak ketidakbenaran yang terang-terangan ditunjukkan diri ini, bahkan dalam sebuah ibadah yang hakikatnya untukNYA, lalu nyali dari mana yang diri ini peroleh untuk berkata,
“ Ya Rabb ,,, aku sendiri … “
Sempurna dengan buliran airmata. Wahai diri … dengarlah dengan kejerniahan dan kebeningan hati  yang sering terkotori, singkaplah dulu tirai-tirai dosa yang lama tidak terbasuh hingga jelas terdengan olehmu,
“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat … “
Dan nantinya tiada kata yang tak bermakna dalam ibadah ini, ibadah yang benar dan terhilangkan niat untuk  menjadikan sebaik-baik dzat cemburu dan murka. Dan terlihat, penghambaan itu menjadi benar,, sembuh dari sebuah kekeliruan , dengan sujud yang panjang diri ini berkata,
“ Ya Rabb ,,, izinkan aku berada di dekatmu, dunia dan akhirat … “
***
Sebuah penghambaan yang bermahkotakan Cinta …
Aku mencintaiMU dengan segala apa yang ada dalam diri ini …
***
TO BE CONTINUED …


C35, SABTU : 30 October 2010 ; 11.30 wib


TIBA SAATNYA ... IA KAN MENJADI KUPU-KUPUNAN INDAH ...JANJI ALLAH PASTI BUKAN MUNGKIN

Ya rabb ... bertabur cinta yang Kau beri, tapi entah kemanamata ini tak mengena silaunya,,, selalu merasa sendiri padahal lisan ini dahberkata " aku ridho Engkau sebagai Rabb ku " ...Ya Rahim ... Kau naungi aku dengan cintaMu yang teramatsuci, tapi jiwa ini berkata " aku mencari cintanya ...", entah siapa dia yang taklebih hebat dariMu, yang tak lebih menjagaku dariMu.padahal Kau telah berkata "Aku sang pemilik cinta...
Ya Rabbbul Idzzati ... Kau lingkupi aku dengan hadirMu,tapi hatiku kerdil berkata " aku merasa sendiri ... ", begitu naïf memang padahalEngkau mengurai kata " katakan, Aku sangat dekat ..."
Ya Muuqallibul Qulub ...teramat sering aku mengingkari, takjarang aku menghianati.nyali yang amat kokoh utk melawanMu, merasa Engkau jauhtak melihatku ...
Ya RAhman ... aku sangat mencintaiMu
Tapi Ilahku ... hangatnya mentari itu dengan cahayanyamenyilaukan mataku pada indahnya duniaMu, tak ku pejam tuk berhenti sejenak,tetap ku tantang dan aku terlena di dalamnya.
Tapi Ilahku ... sinar rembulan itu dah terangi jalanku dimalam hari, tapi bukan kepadaMu aku berjalan ... liku yang lain yang lebih indahdengan fatamorgananya ...
Begitu banyak kata " tetapi " namun Engkau tetap memberidikala ku meminta, tetap terjaga dikala ku butuh penjagaanMu, tetap membericinta di saat aku merasa kurang akan cinta ,,,Duh Rabbku... cinta apakah ini,????
Apakah aku terlalu sombong tuk berbanding ilmu denganmakhlukMu yang lain ??? hanya di lisanku bukan hati.
Apakah aku begitu mendambakan kemuuliaan dari pandanganmereka dengan merasa dekat denganMu ??? namun Muraqabah itu masih amat minimsekali
Sangat hina ... dan aku berani barkata " Aku HambaMu
Butakah mata ini tak melihat hamba lain yang sangatmencintaiMu tanpa penghianatan sepertiku ....
Tulikah telinga ini tak mendengar lisan mereka yangteramat tulus dengan seruanMu tanpa harap kemuliaan sepertiku ....
Kemana aku dikala mereka sibuk bermunajat meminta cintaMudengan derai air mata suci yang mengalir dengan hati yan teramat khusuk,sedangkan aku sibuk dengan cinta lain yang hina dan rendah dan nyatanya telahmenghinakanku ...
izinkan aku membasuh dosa ini ya Rabbdengan pengampunanMu.Berurai cintaMu izinkan aku tuk bermandikan cahaya hidayahMu.takingin lagi menjadi insan yang tersia yang terus mengeluh dan mengeluh.berharapmenjadi insan yang Kau cintai dan aku mencintaiMu dengan setulus cinta yanglahir dari hatiku ...
penghambaan yang terus menghamba.tetapmenyuarakan kalamMu dengan Al Qur'an menjadi hujjahku.Sebenar-benar cinta dansemua kusandarkan padaMu ,,, tiada yang tersisa


Kitadan para pendukung da'wah


Antarakita dengan para pendukung da'wah memang tak banyak berbeda. Lisan dan akalyang sama-sama kita miliki tak melebihi sama. Seruan da'wah juga terdengar samadi telinga kita, namun apa yang menjadikan kehadiran mereka lebih terasadibutuhkan sedangkan kita ada namun dianggap tidak ada. Apa yang menjadikansosok mereka sebagai inspirasi, namun layaknya kita hanya sebagai sosok yangfatamorgana. Rangkaian kalimat yang menyiratkan kelugasan iman yang ada dalamhati mereka mengalahkan padanan kata yang bersusah payah kita rangkai , namunserasa hambar , tak bermakna. Kalaulah boleh berkata " Da'wah yang tidak sampai... ". Mungkinkah niat yang tak sama atau proses yang tak serupa ??? Entahlah ...hati yang layak dan mampu menjawabnya.
Inginsekali bertanya sedalam apa kecintaan mereka terhadap da'wah ini. Teringatucapan ust. Rahmat Abdullah " sangat mudah jika kita disuruh untuk berda'wah,namun begitu sedikit yang mencintai da'wah ini ... sebab ia butuh pegorbanan".  Kita pasti sama-sama setuju bahwaPara pendukung da'wah cukup memahami firman Allah ini dengan kebeningan hati,kejernihan suara nurani   " SesungguhnyaAllah telah membeli dari orang-orang beriman , jiwa dan harta mereka  dengan syurga untuk mereka ..." ( At-Taubah :111 ). Kerinduan yang mendalam akan manisnya berjuang di jalanNya mengalahkansilaunya dunia yag serasa dekat dipelupuk mata. Hingga semuanya tidak terasa sulit,tidak terasa berat. Bahkan  amat dinantikandan tak jarang sigap  menjemput seruanda'wah daripada harus menunggu. Ruhul Istijabah yang sudah melekati jasad.Begitu indah, begitu menggairahkan ... Jalan Da'wah.
Tidaklahsama kita dengan para pendukung da'wah ??? walau tidak banyak berbeda. "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdo'a pada Allah dengan rasatakut dan penuh harap , dan mereka menginfakkan sebagian rezeki yang Kamiberikan kepada mereka ... " ( As-Sajdah : 16 ). Bolehlah jujur pada diri, apakahuntuk hal ini kita sama dengan mereka ??? tentunya tidak. Tempat peraduanterasa lebih menggiurkan daripada harus berlelah-lelah memikirkan tugas da'wah.Lelap dengan mimpi-mimpi  dan tatkalaterbangun ingin tertidur kembali. Mungkin hati hanya berelak jawab " belum adatugas yang memanggil ... ". Dengarlah wahai hati yang terlelap ... " para pendukungda'wah tak pernah berhenti sejenak, namun sigap berjaga, sinaran mata yangmenembus gelapnya lahan-lahan da'wah yang belum terjamah dan mulai memikirkancara demi cara untk membuka lahan ini dan menyemainya dengan benih-benihgenerasi pengganti ... ", BUKAN DIAM dan MENUNGGU.
Duh  sahabat ...
Apayang menjadikan kita sering lengang di jalan ini, hanya diam dan tak jarangkita membalikkan badan kemudian pergi. Apakah syurganya tidak begitu menggiurkan buatmu ??? Apakah pertemuandenganNYA tak mengabaikan rasa tertarikmu pada dunia ??? Ataukah terlalu lelahmeniti jalan da'wah ini dikarenakan banyaknya liku dan tak sedikit rintangan???
Inginkembali menatap sosok –sosok para pendukung da'wah . payah terlihat wajahnyanamun tak henti mengucapkan kalimat penuh hikmah yang menjadikan inspirasidalam kehidupan orang-orang yang menyapanya. " sebaik-baik orang adalah ketika menatapnya, mengingtkan kita akanAllah .."Yah ... memang tidak mudah, tetapi semuanya mungkin terjadi. Terkadangpanggilan da'wah tidak begitu menggetarkan hati hingga tidak ada kebersigapanuntuk menyambutnya. Toh , ada sahabat yang lain ... akalku kita yang tanggapbereaksi dan membbujuk lisan untuk mengucap alasan demi alasan yang telahterang kai lebih dulu untuk menampik seruan itu. Sungguh, dengan lah suarahati, doia menolak enggan atas penolakan kita terhadap seruan da'wah.
Sekalilagi apakah sama kita dengan para pendukung da'wah ???Kala orientasi hidup kitahanyalah untuk diri sendiri. Benar , kita tahu, dengan besarnya kita berkata "hidupku untuk da'wah ... untukNYa ... " kata yang tegas dan lugas berpadu dengankilat mata yang meyakinkan. Namun, selesai kata itu terucap, berakhir juga kataitu dijanjikan, dan kilat mata itu kembali meredup. HANYA KATA ... TIDAK LEBIH.Dan kita pasti tahu, tidak begitu dengan para pendukung da'wah. Akal yangjernih , hati yang bening, menguatkan lisan dan hal mereka. Kerja-kerja merekamelahirkan hasil yang gilang gemilang memesona orang yang berada dijalan da'whaatau orang sekadar lewat. Benar kiranya, tidak ada yang tersia dari mereka,bahkan istirahatnya bernilai, tak sekadar TIDUR.
Sungguh,tak ingin berlama-lama memadukan kita dengan para pendukung da;wah. Akan banyakberbeda, tapi bukan hal itu yang menjadi kepentingan kita. Namun, adakah janjilain yang bisa di percaya oleh diri sendiri ??? tak muluk-muluk, hanyaberjanji, " TETAPLAH DIJALANNYA ... ", bukankah tak begitu sulit ??? bukankahkita sering meminta Ia tunjuki  jalanyang lurus ??? komitmenlah dengan kata –kata , karena Dia  telah menunjuki kita di jalan ini. Tidakbegitu sulit saat kita sampaikan pada hati untuk meminta padaNYa " ya ...Muqallibul qulub, tsabbit qolbi fii diinik wa tho'atik ... ". Dan lihatlah ,,,hati akan meng-ikhlaskan kita menjadi para pendukung da'wah.... Ni'mat tuhanmuyang mana kah yang kamu dustakan ???
Linda Maya Sari, mujaddid


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Bismillahirrahmanirrahim
Al-IslamuYa'lu wa La Yu'la 'Alaih
( Islam itu tinggi dantidak ada yang melebihi ketinggiannya )

"sangat banyak orang yangdengan mudah melakukan da'wah, namun begitu sedikit yang mencintai da'wah ... "
Takada yang kita ketahui akan takdir yang akan kita lewati disebabkan keterhijabanterhadap masa depan, namun sangatlah layak kalau kita meng-ikhlaskan diri untukmenyesuaikan dengan takdir yang akan berhadir dalam kehidupan kita. Begitu jugayang terjadi dengan saya, STAN bukanlah pilihan yang benar-benar saya pilih.Sebab ada sebuah gambar/lambang yang selalu mendorong untuk menggiatkan diri memasukidunia kampus, sering lambang itu ku tatap dan mulai lagi semangat membuncahsebuah tangan yang menggenggam dunia. Dan sudah jelas sekali ketika sayamenetapkan pilihan di STAN, maka saya tidak akan menjadi bagiannya secaralangsung, hingga STAN dengan perlahan dan pasti saya hapuskan dari daftarpilihan kampus yang ingin saya tuju.
UniversitasPadjadjaran, kampus perjuangan yang saya harap dapat meluahkan kerinduan dankeinginan untuk bergabung dengan wadah tersebut, tapi lagi-lagi , keterhijabanakan masa depan, tak lebih dua bulan saya harus meninggalkannya danmenginjakkan kaki di STAN , tak bisa mengelak dari keinginan orang yangmelahirkan saya, akhirnya rela besahabat dengan STAN. Harapan tak selamanyasesuai dengan kenyataan.
Setibadisini, di kampus ini, aku tahu kalau tak akan ada hal yang "aneh" yang akansaya dapati. Cukup saya merasa nyaman di lingkungan yang memang memberikenyamanan, enam tahun berada di asrama dan tetap ingin marasa nyaman. Setelahmelihat manusia- manusia " sejenis" membuat saya merasa lega. Tarbiyah tetapmenjadi hal yang saya tuju dan saya tahu tak akan berhenti di STAN ini, setelahenam tahun merasakannya , takkan mudah untuk menghapusnya. Moga untukselamanya.
Jejak yang masih amatsedikit, namun ingin terus diciptakan. Bahkan mungkin jejak itu tak berartiapa-apa ketika niat hati bukanlah untuk menorehkan jejak, hanya jejak yangsejenak terhapus tak meninggalkan bias yang bisa direkam dan diulas kembali.Jejak yang ingin di torehkan dengan langkah yang pasti "mencintai dawah". Karena saya belum merasakan perjuanganyamg lebih disini , hanya langkah-langkah kecil yang mungkin tidak berarti untukorang-orang yang telah melangkah lebih dulu dan dengan gilang gemilangmenyempurnakan langkah-demi langkah jejak yang terekam jelas di benak orangsekitarnya, benak sahabatnya, dan membingkainya dalam benaknya sendiri. Biarlahsaya belajar dulu, mengalahkan niat-niat yang terkadang menyimpang hinggajejak-ku tak lagi bisa ku sambung karena terputus di tengah kelelahan yang takseharusnya ada sebelum kaki ini menginjak syurgaNya. Biarlah saya belajardulu  mengabadikan jejak yang tidak hanyasaya yang tahu dan berbangga atas apa yang saya kerjakan, namun sungguh tak adaartinya buat mereka. Biarlah saya belajar dulu mencipta jejak yang meninggalkanbekas hingga jadi pembelajaran buat mereka yang akan mulai menjejakkanlangkahnya juga hingga tak ada kesalahan kedua. Biarlah dulu saya belajarmerencanakan jejak-jejak yang ingin saya buat hingga tak hanya sekadar jejak.Dan izinkan untuk belajar mengatakan" aku mencintai da'wah " sebab lisan katasering tak seiring dengan lisan hal. Jejak apa yang ingin ku buat ??? yang akutahu, aku mengenal tarbiyah tak kurang dari enam tahun, dan langkah-langkah itutelah mengajariku menda'wahi diri sendiri, tapi apakah aku mencintai da'wah dansegala  yang ada didalamnya ?  moga hati ini memang meng-iya-kan, tak hanyadi lisan. Dan jejak ku, sudah ku coba membingkainya dalam jalan-jalan yang kulewati, dan hanya Allah yang tahu kapan jejak itu mulai ku buat. Dan moganantinya terekam jelas di benak insan-insan da'wah karena sudah ku goreskansecara nyata kerja da'wah yang ingin ku gapai dan kutinggalkan jejak dannantinya aku merupakan sang pembuat jejak di jalan da'wah yang teramat akucintai ini. Insya Allah. Duatun la Qudlah ...



Bismillahirrahmanirrahim ...

Assalamu'alaikum wr.wbYa Rabbi lakalhamdu kamaa yanbaghi lijalaali wajhikawa'ajhimi sulthaanik  ...
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'ala ali Muhammad ...
Afwan jiddan , saya hanya akan bercerita sedikit tentang dirisaya dan se-sederhana mungkin. Moga ada hikmah yang bisa saya temukan kembalidibawah serpihan masa lalu dan mimpi akan masa depan saya.
Saya ingin memulai dari masa lalu, sebab dari sinilah sayabelajar memperbaiki diri dan dari masa lalu lah saya belajar menjadi khairaummah sebagai impian saya dari kisah yang tak luput dari makna olehgenerasi-generasi terbaik, generasi yang menjadikan perjuangan dan pengorbananbegitu indah.
Setiap orang sudah tentu memilki masa lalu sebab waktu selalubergulir tanpa bisa kembali dan terganti. Begitu juga saya, Anda, dan mereka.Dan Afwan, dulu saya memang sempat berpikir ada bagian dari masa lalu saya yangber-potensi mempengaruhi diri saya dalam artian negative, tapi sekarang sayamenjadikan masa lalu itu sebagai hal yang memberi makna positif sebab masihbanyak sisi lain yang kita abaikan dan hanya memandang lurus ke depan terhadaphal yang negative. Saya pernah gagal untuk meraih apa yang saya inginkan danini menjadikan dunia begitu sempit , tapi maaf saya lupa bagaimana untukmenceritakan rasa yang saya alami, yang terpenting dalam bagian waktu inilahsaya merasa begitu sangat berharap padaNYA, do'a yang selalu diiringi air matadan harap yang amat sangat. Apakah saya memandang ini sebagai kegagalan ???disaat semua orang terasa begitu jauh dan asing. Tapi, tidak ... saya hanyamerasa ini sebagai bentuk komitmen saya " Saya ridho Allah sebagai Rabb ... ". Hingga semuanya berjalan denganbaik. Dan inilah cerita masa lalu saya yang bernuansakan kegagalan namun darikegagalan ini saya merasa lebih dekat denganNYA, saya belajar kalau sukses yangselama ini mewarnai hidupku tidak akan selamanya ku raih, terkadang saya harusmerasakan bagaimana sakitnya kegagalan hingga nantinya saya bisa lebihmenguatkan saudara-saudaraku yang dikunjungi kegagalan dalam hidupnya. Dantentang masa lalu juga, yang tetap saya sesali sampai saat ini, terlalu sedikitwaktu yang ku berikan untuk seseorang yang amat saya harapkan kehadirannya saatini, yang teramat ingin saya bahagiakan, namun sudah tak ada kesempatan lagi.Tak harus saya ceritakan lebih detil, moga terlepas kewajiban saya menjawabpertanyaan yang diajukan di kertas yang sedang ada di pangkuan saya saat,menuliskan ini. Tak bisa saya katakan secara rinci apa penyebab kaberhasilanataupun kesuksesan saya di masa lalu sebab saya khawatir ada nama yang tidaktertuliskan sedangkan ia memiliki banyak andil dalam kesuksesan saya, tapi yangjelas Allah yang meng-anugerahi semua itu selama saya ridho bahwa Ia sebagaiRabb-ku. Sedangkan sebab kegagalan saya, tak lebih dari efek dosa-dosa sayayang mungkin tidak saya sadari dan sengaja saya lakukan, atau pun kalaulahmungkin Allah ingin menguji saya dengan kegagalan, moga kesabaran sayamemberikan saya tempat terbaik disisinya. Tuntas juga soal tentang masa lalu,moga manfaat.
Banyak orang yang mempengaruhi pembentukan diri saya, baikyang tidak saya kenal atau pun yang ada saat ini. Sangat banyak sekali dan sayatidak mampu menyebutnya, sebab di jalan pun saya menemui orang yang mempengaruhipola pikir saya , baik itu penyapu jalanan, sopir angkot, dll. Mereka memilkiapa yang sedang saya butuhkan ketika melihat mereka, ketika saya butuh sejenakmerasakan sakitnya kekurangan materi, saya sering melihat para pengemis, danmasih banyak lagi. Begitu juga tidak ingin saya lupakan ketika keluarga sayayang banyak berperan dalam hidupku. Mereka memilki segalanya yang saya butuhkanuntuk membentuk diri saya. Banyak yang mempengaruhi hidupku, beratus penulis,beribu teman , berjuta orang yang tidak ku kenal. Sebelum saya lupa , buku yangmembentuk filosofi hidup saya diantaranya Al-qur'an, La Tahzan, dll. Denganjawaban yang sama dengan diatas, buku-buku ini memberi  apa yang saya butuhkan.
Saya berharap orang yang ada di sekitar saya memilkiprasangka yang baik untuk saya dan sebelumnya saya juga harus berprasangka baikterhadap mereka,  terlepas dari sayaharus menduga-duga , begitu juga jika mereka menganggap saya sebagai orangsukses atau tidak, tak menjadi masalah. Selalu menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagaimana cara bergaul danhal lainnya , sehingga terjalin hubungan yang baik, dilihat dari kondisi emosidan sebagainya.
Mengenai posisi, hal yang amat duniawi, dimana pun moga tidakmenjadi masalah. Allah sebbaik-baik penentu. Hal yang ingin saya harapkandimasa yang akan datang tidak terbatas dari sepuluh kondisi, sangat banyaktetapi yang sepuluh itu pun tidak bisa saya rinci disini, namun saya ingintetap berada dijalanNYA sampai kapan pun lengkap dengan hal yang harus akumiliki untuk berada dijalan itu.
Saya rasa cukup walau pun mungkin menurut  yang membaca , ini masih kurang dari cukup.Saya minta maaf. Kepada Allah saya serahkan semua. Cukuplah Allah bagiku. Mogakita terlepas dari hal yang menduga-duga tentang bagaimana seseorang lewatminiature yang sering kita tentukan sendiri. Jazakumullah khairan katsiran ...
Wassalamu'alaikumwr.wb
LindaMaya Sari


Ajari aku mencintaimu … Ukhuwah

Ukhuwah …
Kata cinta yang kau ajarkan untuk ku ucapkan menelan beribu makna kata.Sederhana memang, dan amat sering kau berbagi kata itu denganku, dengannya, dengan mereka.Ucapan salam yang begitu indah, salam keselamatan …
Subhanallah, kata itu mengawali perjumpaan antara aku dengan dia … serentak, serasi, “Assalamu’alaikum …”, tanpa aba-aba.Dia menjabat erat tanganku, menyela ruang di jari-jariku seolah ingin mengalirkan kekuatan maha dahsyat untukku.Sebuah ikatan nan indah …
Ukhuwah …
Ajarkan aku menjadi seorang saudara yang memandang lurus saudaraku yang lain, ingin menjadi seorang yang menjelmai pesan insan ternama, Hasan Al—Banna, “Saudara yang lurus memandang saudaranya yang lain , lebih utama daripada dirinya sendiri.Karena seandainya ia tidak bersama mereka, maka ia tidak akan bersama yang lain, sebaliknya, bila mereka tidak bersamanya, maka mereka bersama yang lain …”.
Kau menjelmai sebuah ikatan yang lebih dari ikatan darah, Ajarkan aku … menjadi insan dengan ukhuwah yang jujur dan benar.Di saat Abdullah bin Amr harus mengikuti kata hatinya megintai seorang yang dijanjikan syurga sebab ia juga meridukan tempat maha mulia itu.Dan Subhanallah …. Tiada pernah orang tersebut tertidur sebelum melepas perasaan tidak baik terhadap saudaranya …Ukhuwah yang jujur dan benar, Ajarkan aku ..

Ukhuwah …
Jangan jadikan aku saudara yng ber-ukhuwah dengan ukhuwah yang hampa nilai ”saat tak ada diperlukan, ketika ada tak berguna”.Astagfirulah .. apakah aku yang selalu berhindar diri kala saudaraku membutuhkanku ??? Mulialah seseorang yang memiliki sahabat yang mengerti arti ukhuwah.Melebihi ikatan darah …
Ajari aku mencintai sahabatku sama seperti Rasulullah mencintai Zaid bin Haritsah … teramat cinta hingga ia menyematkan namanya di barisan nama Zaid “ Zaid bin Muhammad”.
Ajari aku mengutamakn saudaraku sama seperti Umar ra yang berkata pada Abu Bakar ra “ kekuatanku untukmu bergabung dengan keutamaanmu … “ dan tangan yang mulia itu membai’at Abu Bakar tuk menjadi khalifah pengganti Rasulullah …. Ukhuwah yang mengutamakan.
Ajari aku merasakan sakit yang dirasakan saudaraku sama seperti Rasulullah yang berkata “ apakah kalian tidak takut menyakiti Abu bakar sedangkan ia adalah orang yang amat aku sayangi … “ Rasulullah merasakan sakit yang dirasa Abu bakar kala umar menyakiti hatinya.Tak berhenti di situ, pelukan erat Umar menunjukkan ia salah “ ukhuwah yang jujur “. “ Aku yang meminta maaf padamu wahai Umar … “ kata itu yang di ucpkan Abu Bakar.Ya Rabb … izinkan kami berada diantara rasa pelukan persaudaraan orang-orang mulia itu.Rasululah saw, Abu Bakar ra, Umar ra …
Ukhuwah …
Ajari aku memaknai tiap baris kata ynag terucap dari lisan saudaraku.Sebab terkadang aku buta tuk menerjemahkan kemarahannya, bahagianya, sedihnya …. Dan sungguh aku tidak mau ia terluka..
Ajarui aku secermat cara yang menjadikanku ada di saat ia membutuhkanku …
Ajari aku memilih dan memilah kata yang harus ku sampaikan padanya di saat ia tak sadar berjalan di langkah-langkah yang salah hingga aku juga tidak menyakiti hatinya …
Ajari aiku terbangun dikala ia tak tertidur bercengkrama dengan amanah –amanah nya yang sungguh tidak sanggup ia pikul sendiri hingga aku tidak melihatnya kelelahan …
Ajari aku merendahkan ego ku di saat aku harus memohon maafnya sebab salah yang ku perbuat …
Ajai aku mengejar langkahnya yang terlalu jauh di depanku hingga aku dan dia bisa berjalan seiringan dan ia tahu ku ada di sampingnya ,,,
Ajari aku ….

Bintaro, Pondok Al-Karim
Jum’at 07 Mei 2010,11.53 WIB
Buat Mujahidah Pecinta Ukhuwah
Moga ukhuwah ini kekal selamanya …

Aku vs Sahabatmu ( al-karim: kamis, 08April 2010, 01.45 wib )

Mulialah dirimu dengan keutamaan sahabat-sahabatmu.Menjadikan nyawanya sebagai temanmu dan tidak ingin sedikit pun ada rasa sakit yang melukaimu.Wahai … sebaik-baik manusia, do’a apa yang kau haturkan pada Rabb-mu, Rabb-ku, Rabb-kita ??? hingga dirimu dihadiahi sahabat-sahabat mulia seperti mereka.
Duh insan … aku iri dengan mereka beserta keutamaanya.Teramat cinta padamu , menjunjung kasih untukmu.Kata-katamu ibarat keramat ditelinga-telinga mereka, tak satu pun terlewat, tak sat pun luput dari pelaksanan zahir sebagai amal – amal yang memesona.Selalu dipatuhi, selalu terlaksana.
“ Kalian adalah inti, tidak akan mungkin aku akan dicederai dipihak kalian … “.Sebaris kalimat yang amat sederhana, tetapi iman dan cinta telah menerjemahkan padanan kata tersebut dengan sebuah pengorbanan yang maha dahsyat, darinya, Abbad bin Bisyr, sahabat yang amat mengasihimu.Menambah investasi baktinya padamu hingga sepanjang hidupnya tak mengizinkan engkau terlukai.
Apa yang kau katakan pada mereka, wahai insan terbaik sepanjang masa .. ??? Hingga maut bukan lagi hal yang menakutkan.Sentuhan pedang serasa sutera dikulit mereka, tikaman tombak laksana gabus yang tak mengirim rasa sakit.Panasnya gurun ibarat musim semi yang begitu dinanti-nanti,,,Aku iri pada mereka.
Tak pernah singgah ditelinga ini, bahkan mungkin di telinga selain dariku, kisah setia seperti layaknya yang sahabatmu lakoni.Ahhh … entahla, aku tidak tahu terbuat dari apa cinta-cinta mereka, tapi Lillahi aku ingin memilki cinta itu.
Mulialah dirimu dengan keberadaannya walau tanpa mereka sebenarnya engkau tetaplah insan yang mulia, teramat mulia.Engkau sebaik pemimpin.Ajari aku menjadi sahabatmu ya Abu Qosim walau tak terpandang wajahmu, tapi izinkan aku mencintaimu seperti cinta sahabatmu.

Ukhuwah atau bukan ???

Bismillahirrahmanirrahim …
Tetap harus mendahulukan kalimat istimewa untukNya, seindah-indahnya, sebanyak-banyaknya, hingga layaklah untuk kita sebuah gelar “ hamba “.
Tetap harus menggerakkan lisan mengucap salawat untuk seorang kekasih yang pernah Dia lukiskan dalam kitabNya  “ sungguh,  berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami ,,, “. Ikatan yang begitu dalam dan sepantasnya kita mencintainya.

Ukhuwah …
Mungkinkah aku memahaminya ???
Ataukah kau rela memaknainya ???
Atau mungkin sudah bersemayam dalam diri kita ???
Rasanya belum terlalu terpahami, termaknai ,,, bahkan bisa jadi belum kita kenali.
Mengapa harus meragukannya ???
Bukankah ukhuwah itu mudah saja ,,,
Hanya berkata “ uhibbuki fillah ,,, “ dan cukup menjawab “ ahabbakalladzi ahbabtanilah “
Hanya bertukar salam menjabat jemari ,lalu saling memeluk ,,,
Hanya tersenyum manis yang rutin disuguhkan, sering tanpa melihat ,,,
Hanya berganti tanya ‘ gimana kabarnya ? ‘, tapi sebenarnya tidak ingin tahu jawabnya ,,,
Hanya saling ber-Rabithah ria, namun lisan saja yang tergerak ,,,
Hanya ,,, hanya ,,, hanya ,,,
 
Ukhuwah atau bukan ???
Dulu ketika beban tidak hadir diantara kita , terasa ringan menghadirkan senyum tulus terindah ,,,
Namun sekarang, saat beban mulai dibagi, terlihat senyum-senyum yang seolah-olah  dipaksakan, mungkin hanya sekadar basa-basi …
Mungkinkah beban itu sangat berat, hingga keduanya saling merasa paling lelah, paling merasa berhak dipahami, paling merasa lebih berkarya ,,, entahlah ,,, bisa jadi “ YA “.
Dulu saat amanah tak saling berbentur, begitu mudah berkirim kata-kata damai tak menyakitkan ,,,
Namun saat amanah saling berbentur, terlihat kalimat-kalimat singkat menyakitkan, seolah satunya terdakwa lainnya hakim .
Kisah ukhuwah yang dulunya tidak ada dalam lembaran-lembaran sejarah insan-insan pecinta ukhuwah,
lalu darimana kita belajar ber-ukhuwah yang tidak benar ???
bisa jadi dari akal yang belum sepenuhnya paham …
bisa jadi dari hati yang mulai  gersang …
sungguh, harusnya tidak seperti itu ...
sungguh, harusnya bukan seperti itu …
Ukhuwah atau bukan ???
Saat alasan untuk sebuah kerja da’wah yang menghalanginya tersebutkan , dengan cepat akal kita menolak seolah kita yang paling tahu sebab musabab …
Lalu dimana letak husnudzon yang kita punyai ???
Sudah membiaskah seyum indah yang dulu ???
Atau mungkin wajah yyang terlihat mengerikan sudah menjadi jadwal tampil ???
Dan, nantinya terlihat hati-hati yang terasa sakit dan wajah yang terlihat sedih … dan kita tahu ukhuwah itu sudah mulai dipertanyakan …
Ukhuwah atau bukan ???
Saat amanah-amanah harus segera ditunaikan, namun terlihat “dia” yang belum melangkah menyelesaikan atau terlambat menunaikan , dengan sigap sikap menyalahkan segera memenuhi lisan kita dengan kata halus bermakna sindiran, segera memenui gerak yang anggun terlihat sinis, segera mmenuhi hati dengan su’udzon tak beralasan …
Dan, nantinya terlihat langkah-langkah itu  bermunduran dari “ jalan “ ini, dan percayalah ,,, kita sudah berkontribusi meresahkan jalan da’wah yang bisa jadi akan terllihat lengang … dan kita tahu, ukhuwah itu sudah mulai diragukan …
Sebuah ukhuwah yang indah yang sama-sama kita dambakan … namun hanya
“ mendambakan “ bukan berusaha mewujudkan ,,,
Sebuah ukhuwah yang anggun yang sama-sama kita inginkan … namun hanya
“ menginginkan “ bukan berusaha menggapai …
Sebuah ukhuwah yang benar yang sama-sama kita kehendaki …  namun hanya
“ menghendaki “ bukan berusaha menjalankan …
Ukhuwah atau bukan …???
Mungkin kita masih perlu belajar ber-ukhuwah yang benar supaya tak ada lagi wajah yang terlihat sinis, supaya tak ada lagi kata yang terdengar tajam menyayat, supaya tak ada lagi gerak yang terkenang menyakitkan …
Hingga nantinya , layak kita katakan dihadapanNya …
“ saksikanlah … ukhuwah kami ukhuwah yang benar … ukhuwah dengan cinta karenaMu”
Hingga nantinya , amanah-amanh itu terasa ringan dengan husnudzon yang luas, dengan kalimat yang  benar, dengan gerak yang anggun.
Hingga nantiya tidak ada yang merasa berhak dipahami, tidak merasa berhak dipatuhi ,,,
Berjalanlah beriringan bersamaku, sebab ketika kau didepanku, sungguh terkadang aku tak mampu menyamai langkahmu …
Berjalanlah beriringan denganku, sebab ketika kau dibelakangku , sungguh terkadang aku tak layak menunjuki langkahmu …
Berjalanlah beriringan , sebab kita harus belajar bersama tentang sebuah ukhuwah yang nantinya bisa kita tunjukkan dihadapanNya …
Berjalanlah beriringan, sebab kita harus saling bercerita tentang sebuah ukhuwah yang ingin kita sampaikan pada diri ini …
Berjalanlah beriringan, sebab kita butuh saling bersama dijalan ini ,,, sebuah jama’ah dengan ukuwah yang benar dan  InsyaAllah kalimahNya akan kita sampaikan dengan benar ,,,
Da’wah yang benar bukan da’wah dusta … wallahu a’lam …


Senin, 11 januari 2011 : 00.02
@c35
Untuk diri ini dan “ beberapa” orang yang bersedia berbenah diri ,,,,

Letak ikhtiar-ikhtiar kita

Bismillahirrahmanirrahim ,,,
Ya Rabbi lakalhamdu kamaa yanbaghii lijalaali wajhika wa’ajhiimi sulthoonik ,,,
Ya Rabbi ,,, bagiMu segala puji sebagaimana seyogianya ; bagiMu kemuliaan wajahMu dan keagungan kekuasaanMu ,,,
Ya ,,, untukMu segalanya apa yang ada dalam hidupku, apalagi matiku ,,,
Ya ,,, untukMu segalanya apa yang ada dalam pikirku bahkan gerakku ,,,
untukMu segalanya yaRabb ,,, hingga kalimah diatas hanya Engkau yang berhak membalasnya untuk kami yang bertulus hati melafadzkannya ,,,
perjalanan kisahmu wahai sebaik-baik murabbi seolah menjadi sebenar-benar kisah buat kami hingga apa yang terasa mustahil menjadi nyata bagi kami, hingga apa yang terasa payah menjadi kemudahan bagi kami ,,, bentangkanlah lagi kisah-kisah shahihmu bersama generasi terbaikmu untuk kami hingga kami tidak merasa menjadi generasi yang malang tanpamu, hingga tidak merasa menjadi generasi yang menyedihkan karena makar yang belum seberapa, hingga tidak merasa menjadi generasi yang terbelakang tanpa hadirmu ,,,
dan saat ini bingkisan ikhtiar itu telah rampung kami kerjakan. Entah itu berwujud indah, berbau semerbak, bermakna mulia ,,, entahlah
dan sekarang ini genggaman-genggaman itu terlihat erat. Entah itu bertambah erat melekat, atau berlonggaran saling melepas ,,, entahlah
yang pasti dari kami, ikhiar ini telah selesai kami kemas.
 Dan maafkan kami jikalau bingkisannya tidak memesona dipandanganMu ,,,
Dan maafkan kami jikalau wujudnya tidak sama dengan kalimah kami ,,,
Dan maafkan kami jikalau kemuliaannya dijatuhkan segala rasa yang ada dihati ini ,,,
Dan maafkan kami ,,,
Ya Rabbi ,,,
Kami hanya ingin meletakkan ikhtiar-ikhtiar ini dihadapanMu supaya Engkau saja yang bertindak atas makhluk yang Kau ciptakan ,,,
Meletakkan ikhtiar-ikhtiar ini dengan ikhlas ,,,
Kalaulah Kau dapati ada beberapa niat yang tidak benar, sudilah kiranya Kau ajarkan kami untuk membenahi niat-niat itu hingga niat itu benar di awal, tengah, dan akhir ,,,
Kalaulah Kau dapati ada beberapa keluh kesah dihati kami, sudilah kiranya Kau gantikan dengan ketulusan hingga semuanya tidak bermakna sia-sia ,,,
Kalaulah Kau dapati beberapa dengki dihati kami atas saudara-saudara kami dalam ikhtiar kemenangan ini, sudilah kiranya Kau gantikan dengan kecintaan karenaMu ,,,
Kalaulah kiranya Kau dapati lelah yang berujung kekesalan, sudilah kiranya Kau gantikan dengan semangat untuk selalu berlelah-lelah dijalanMu ,,,
Dan Ya Rabb ,,, kalaulah kiranya Kau dapati kesia-siaan atas ikhtiar-ikhtiar kami ini, sudilah kiranya Kau gantikan dengan kebermaknaan yang sebenarnya ada tapi kami tidak bersadar untuk memaknainya ,,,

Dan kami letakkan ikhtiar-ikhtiar ini dihadapanMu, diatas penghambaan kami atasMu ,,,
Pahamkanlah kami arti kemenangan yang sebenarnya yaitu ketika keinginanMu, kehendakMu, kesenanganMu, kecenderunganMu kami letakkan disemua sisi kehidupan kami, disetiap lini perjalanan kami ,,,
Pahamkanlah kami arti pengorbanan yang sebenarnya yang tidak harus berwujud kemenangan dikesempatan ini, yang tidak harus langsung berbalas  ,,,
Pahamkanlah kami arti ikhtiar yang sebenarnya yang tidak harus berujung keajaiban darinya karena dariMu-lah sumber keajaiban-keajaiban yang kami dambakan ,,,
Pahamkanlah kami arti sebuah perjuangan yang sebenarnya yang tidak harus berakhir disini karena masih banyak lahan-lahan yang belum tersentuh yang menunggu kami ,,,
Pahamkanlah kami untuk bekerja dan berkarya lagi hingga kami bersegera menyelesaikan suatu urusan dan berpindah keurusan lainnya ,,,
Pahamkanlah kami bahwa sesungguhnya kamilah umat terbaik hingga kami harus memberikan yang terbaik untukMu ,,,
Dan akhirnya ,,, kami letakkan ikhtiar-ikhtiar ini dihadapanMu ,,,
diatas penghambaan kami ,,,
hingga “ agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak) ,,, “(Al-Fath :3)
dan “ sungguh ,,, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata ,,, “
(Al-Fath : 1 )

Bismillah ,,, terimalah Ya Rabb ,,,


Jum’at, 06 Meil 2011 @C35

Untuk : sahabat-sahabat kebaikan
Mari menyempurnakan ikhtiar ini dengan mengintensifkan hubungan dengan Dzat pemberi kemenangan ,,,
Berlelah-lelahlah dijalanNya ,,,

Asramaku ,,, Nurul ‘Ilmiku ,,,

Bismillahirrahmanirrahim ,,,
Hmmm ,,, entah kenapa malam ini merasa rindu ke sebuah nama yang menjadikan hidupku terasa semakin indah. Nama yang begitu melekat dalam hidupku selama 6 tahun, bahkan hingga sampai detik ini. Nama yang begitu indah, nama yang bukan sekedar nama, nama itu menjelma dalam sebuah bangunan indah sederhana, menjelma menjadi ikatan ukhuwah yang begitu erat, menjelma menjadi apa saja yang mengantarkanku pada indahnya Islam. NURUL ‘ILMI-ku.
Rasanya baru kemarin ayah dan ibuku mengantarkanku ke penjara suci ini. Berbekal sebuah peti besar dan beberapa helai pakaian, lengkap sudah aku menjadi penghuni penjara ini, penjara suci. Awalnya, terasa berat, sangat berat malah. Haruskah aku anak yang baru saja lulus Sekolah Dasar (SD) ada disini ??? mencuci pakaian sendiri, menyetrika sendiri, atau hal lainnya yang menurutku masih butuh bantuan ibu. Bahkan makan saja terasa berat untukku, menghabiskan nasi dan lauk yang tidak ku sukai lengkap dengan sayur yang cukup ku benci. Hmmm, cukup menjadi alasan air mataku untuk terus mengalir menghabiskan menu makan di asrama, apalagi ada terong, ,,, masih bisa ku bayangkan buliran air mata yang menemaniku dan beberapa gelas air di tanganku untuk menahan benda itu tidak keluar dari mulutku, sebelum kakak asrama berteriak ,,, “ angkat piring masing-masing …! “, saya harap piringku sudah bersih dari nasi dkk, kalau tidak, hmmm siap-siap saja bercengkrama dengan rumput di belakang asrama. Cabut rumput.
Nurul ‘Ilmiku terdiri dari beberapa bangunan utama, satu bangunan Mesjid “ Siti Maryam Lubis “, 3 buah asrama putra dan 3 buah asrama putri masing-masing berlantai 2 yang tidak terlalu jauh jaraknya, 6 buah rumah guru, 2 gedung sekolah berlantai 2, satu buah aula berlantai 3, satu buah dapur umum.
Asramaku berdekatan dengan sekolah, hanya selangkah saja ditambah beberapa langkah, insyaAllah sampai tujuan. Inilah penjara suciku, dari jarak beberapa meter aku bisa melihat aktivitas orang di luar gerbang sekolah, hanya saja melangkahkan kaki satu langkah saja merupakan larangan besar di penjara suci ini, jika tanpa izin. Walau pun hanya untuk membeli makanan di warung depan gerbang. Untuk minta izin perlu proses yang cukup lama, dengan senjata sepucuk surat izin, pena, wajah memelas, kata-kata bertuah ,,, moga berhasil mendapatkan tanda tangan Pj Perizinan dengan menjawab beberapa pertanyaan seputar sebab perizinan. Huffffffff ,,, tidak cukup mudah keluar dari penjara suci ini, baik untuk keluar hanya unutk membeli makanan atau pun keluar dari pendidikan di sekolah ini, dan tidak cukup mudah menjadi penghuni penjara ini, melewati beberapa tes dengan system gugur.
Peraturan di asramaku memang unik, tapi peraturan dibuat untuk dilanggar ,,,
# beberapa orang putri keluar gerbang asrama ba’da subuh,masih lengkap dengan mukena untuk membeli lontong di depan sekolah. Cukup tragis, tapi itu belum apa-apa, masih ada beberapa orang putri membeli gorengan dari atap sekolah. Subhanallah ,,, dan beberapa dari mereka mungkin salah satunya saya.hmm ,,,
Asramaku rajin ibadah ,,,
“ putri-putri shalihat, bangun ,,, sudah subuh ,,, “
Suara ini cukup akrab di telinga anak-anak putri, suara dari pak T#to. suara lembut yang jarang berhasil menyadarkan dari mimpi panjang.
“ putri ,,, bangun, sudah subuh ,,,” sambil mengetuk pintu asrama.
Ini juga cukup sering terdengar. Suara dari pak Aw#l. Yang sebelumnya suara orang Jawa, yang ini orang Padang, cukup berhasil walau tidak mencapai 50%, sebelum suara ,,,
“ teng ,,, teng ,,, “
Perpaduan suara tongkat ustd Ed# dengan lengan tangga asrama cukup manjur membuat anak-anak putri lari dari tempat tidur masing-masing, bahkan ada yang lompat dari tempat tidur atas. Ruhul Istijabah yang tinggi ,,, ( lhah ?? )
Kalau ustd Ed# punya banyak cara untuk membangunkan putri dan yang paling aku sukai ,,,
“ bangun bangun nanda ,,, ayolah bangun adzan subuh telah berkumandang ,,,
Lantunan nasyid dari SP, lebih aku cintai dari bunyi tongkat ustadz, andai boleh memilih ,,,
“ putri ,,, semuanya ke masjid ,,, “
Instruksi ustadz sebelum beliau masuk memeriksa ruangan perruangan, kontan saja semua putri lari ke belakang kamar.
Lengkap sudah, masjid di penuhi orang-orang yang masih ngantuk untuk shalat subuh. Ada yang masih saja sujud padahal sudah selesai salam atau masih saja bertasyahud padahal sudah lama selesai salam. Hmmm ,,, lain lagi kalau hari jumat pagi, jadwalnya Qiyamul Lail bersama, hanya 50% yang bertahan untuk shalat, selebihnya ,,, hanya berpindah lokasi tidur, yang awalnya di asrama menjadi di masjid.
Lanjut Al ma’tsurat, lanjut pula tidurnya ,,, Bismikaallahumma ahya ,,,,,,
“ yang tidur pas baca al-ma’tsurat silakan naik ke atas ,,, yang terlambat shalat subuh juga ,,, “
Pagi yang cerah berhiaskan hukuman ,,, asramaku yang unik ,,,
Kalau mungkin di luar orang-orang “hanya” mempermasalahkan yang tidak melaksanakan shalat, asramaku cukup jauh berbeda, yang terlambat shalat ke masjid dan yang tidak shalat ke masjid akan mendapat hukuman.
Mungkinkah di luaran sana alumni-alumni NI masih shalat berjama’ah yang selalu di anjurkan di asrama ? atau masih shalat di awal waktu seperti kebiasaan kita bertahun-tahun? Atau ,,,
Anak-anak NI masih shalat semua kan sampai sekarang ??? Pasti iya.
Asramaku cinta ukhuwah ,,,
Asrama putri terdiri dari tiga buah bangunan berlantai dua, satu asrama dengan empat ruangan, satu ruangan diisi kira-kira 20 orang anak dengan tempat tidur yang bertingkat berjumlah kira-kira 8 buah, tentu saja ada yang berdua dalam satu tempat tidur kecil. Ini jatahnya anak-anak SMP, dan sudah dua tahun saya kebagian jatah tidur berdua dengan teman yang lain, cukup mengesankan.
Tidur bersama, makan bersama, sekolah bersama, shalat bersama, dan hal-hal lain yang selalu dilakukan bersama. Sungguh, sangat merindukan saat itu ,,,
“ atikah ,,, muti’ah ,,, syifa ,,, makan … “
“ atikah ,,, muti’ah ,,, syifa ,,, shalat … “
“ atikah ,,, muti’ah ,,, syifa ,,, bangun … “
“ atikah ,,, muti’ah ,,, syifa ,,, kebersihan … “
“ atikah ,,, muti’ah ,,, syifa ,,, belajar malam … “
“ atikah ,,, muti’ah ,,, syifa ,,, kumpul di masjid … “
Asramaku punya nama yang bagus, ada Atikah, Mutiah, Syifa. Tahun ini aku berada di Atikah, tahun depan di Muthiah, tahun berikutnya di Syifa, selalu berganti tiap tahun atau pun tiap semester untuk lebih kenal dengan sahabat yang lain hingga kami sudah seperti keluarga. Saling menasihati, saling menjaga , ikatan yang indah.
Disini aku di tempa untuk bertahan dalam kesusahan, kesuasahan yang sudah tidak cukup berarti lagi buat kami.
“ air ,,, air ,,, air ,,, “
Masalah klasik di asrama tercinta, keberadaan air langka, air menjadi barang ekonomi yang di dapatkan dengan pengorbanan, baik dengan teriakan memanggil-manggil putra ynag piket menghidupkan air, atau langsung turun tangan mencari-cari sumber air, lengkap dengan ember pinjaman, atau pun wadah air minum milik dapur. Wah ,,, wah ,,,
Sumur dekat rumah guru menjadi incaran, dari qabla subuh sampai ba’da subuh, sudah banyak ember yang mengantri ( bisa ya ,,, ember ngantri ?). Mandi dengan dua ember air, tangan kanan dan kiri sudah akrab dengan benda pusaka ini, dua ember di angkat sekaligus sudah menjadi olahraga rutin di asrama dengan jarak yang cukup membuat keringat bercucuran. Sampai sekarang, sepertinya tangan-tangan putri NI masih ada bekas ngangkat air deh. Belum lagi suara-suara sumbang anak-anak putra yang menyemarakkan pencarian air, baik pagi, siang, sore. Belum lagi ada yang tidak mau berlelah-lelah menimba air dari sumur, maka dapur umum menjadi incaran. Alhasil, air minum beralih fungsi menjadi air mandi, ide yang cemerlang, mandi air panas di pagi hari. Semua sarana di manfaatkan untuk mendapatkan benda bernama “ air “.
Kenangan yang indah sekali. Tapi. Hati-hati dengan prinsip “ Air Tuhan ,,, “, belum sirna lelah mengangkat air dari depan aula yang berjarak jauh dari asrama, atau dari sumur dekat rumah guru, sudah harus merelakan air hasil jerih payah raib di ambil orang. Dengan prinsip semuanya adalah air Tuhan,,, benar sekali.
Dan sekarang, mungkinkah ukhuwah-ukhuwah itu masih tersisa ???
Nurul ‘Ilmi menginginkan kita berukhuwah untuk bisa kembali
“ melihat nya “ lagi dengan kondisi yang jauh lebih baik dari yang kita tinggalkan dulunya.
Asramaku, cinta kebersihan ,,,
“ yang di ruangan kumpul depan asrama ,,, “
Tidak perlu menunggu waktu lama, beberapa barisan sudah tersusun rapi. Terlihat masing-masing anak memegang alat kebersihan. Ini pekerjaan rutin tiap minggu kalau bukan giliran kunjungan ke rumah. Putra dan putri bergantian pulang ke rumah hanya dalam waktu 5 jam, tidak cukup menuntaskan “dendam” selama di asrama. Di temani selingan nasyid dari rumah ustadz atau dari mesjid, The Fikr, Saujana, Raihan, Rabbani, Shouhar, Izzis, SP, dll siap menghibur, mulailah tangan-tangan kami berkerja,, kebiasaan yang tidak cukup baik ,,, tangan bekerja dan mulut juga tidak kalah saing, bercerita apa saja sambil ketawa-ketawa. Kapan selesainya ???
Pasti tetap akan selesai, ketika menyadari bu guru sudah berada di dekat kita dengan ekspresi yang bisa membuat tangan lebih cepat bergerak dari yang biasanya. Alhamdulillah ,,, selesai juga.
Asramaku cinta ilmu ,,,
“ putra dan putri yang masih berada di asrama, segera ke ruang kelas masing-masing,ustad/ah sudah menunggu ,,,”
“ putra dan putri yang masih berada di asrama, segera ke masjid karena ada ceramah dari ustadz ,,,
“ putra dan putri kelas 3 sma, siang ini ada IKAPADA …”
Berangkat ke sekolah yang tidak seberapa jauh, tanpa tas, hanya dengan beberapa buku di tangan, berseragam putih biru/abu-abu untuk senin selasa, berseragam putih-putih untuk rabu kamis, dan berseragam batik untuk jumat sabtu. Siap ke ruang kelas yang diisi kira-kira 21 anak, satu kelas putri, satu kelas putra. Dari kelas 2 SMP putra dan putri sudah di pisah ( untuk angkatan 2008 ). Kurikulum juga sudah di sesuaikan, pelajaran umum lengkap + pelajaran pesantren ( Fiqh, Hadits, Sirah Nabawiyah, Tafsir ).
Terlambat sekolah adalah fenomena yang biasa ,,,
“ nyari air pak/bu ,,, “
Koor anak-anak sekelas kalau ditanya alasan terlambat masuk kelas. Nyari air atau nunggu air ??? v_v
Menunggu guru sambil bercanda di kelas, teman-teman yang menyenangkan. Ada yang tidur, ada yang baca Al-qur’an, ada yang belajar, ada yang jalan-jalan, dll. Paling bahagia kalau guru tidak datang, segera saja menyerbu asrama, baik untuk makan, nyuci, nyari air, shalat dhuha, atau bahkan mandi bagi yang tidak sempat mandi. Ckckck …
“ sebelum mengakhiri pelajaran kita hari ini, marilah kita berdo’a, do’a di mulai ,,,“
Ini pertanda selesai sudah pelajaran hari ini, setelah mencium tangan guru, kita menuju asrama masing-masing. Sambil menunggu makan siang ,,, menu hari selasa dan sabtu yang ditunggu-tunggu. Rendang atau ayam gulai/semur ,,,
“ minta kuahnya ya ,,,”
Ini pesanan yang tidak pernah ketinggalan dari balik pintu kamar. ( kuah ,,, bukan rendang atau ayamnya ,,, )
Ba’da ashar, ke ruang kelas lagi, ada les beberapa mata pelajaran. Kalau tidak ada jadwal les, koperasi menjadi sasaran utama, mungkin ada yang benar-benar ingin membeli makanan, tapi lebih sering mengincar makanan yang tidak laku terjual hari itu, dan akan menjadi jatah anak asrama, siapa cepat ia dapat ,,, yang dari tadi menunggu di depan koperasi akan mendapat jatah “ bonus “.
Sayup-sayup suara murattal dari mikrofon masjid menghentikan aktivitas sore hari, kembali dengan antrian mengambil air wudhu’, jangan sampai terlambat ke masjid. Al-ma’tsurat sudah hampir selesai dibaca dari masjid.
Tidak selamanya imam yang membaca surah-surah pendek di senangi makmum, buktinya ,,,
“ ahhhh ,,,, cepat-cepat, yang imam pak Aw#l ,,, “
Segera saja yang dari tadi berleha-leha menyambar mukena dan kain shalat, kenapa tidak ,,, beliau lebih sering membaca Al-ashr dkk.
“ ada imam ga ,,, tolong di kuatkan suaranya ,,, “
Ini cerita kalau putri terlambat shalat dan ketinggalan jama’ah pertama, dari balik hijab sibuk mencari-carai imam, belum lagi kalau di kerjai putra dari balik hijab.
“ ada ,,, imam”xxxx” “ menyebut nama salah seorang temannya.
“ silakan berkumpul dengan kelompok ngaji masing-masing ,, “
Beberapa agenda ba’da maghrib sebelum makan malam, mengaji berkelompok di mesjid, satu orang membaca 3-5 ayat di simak yang lain. Atau ada ceramah dari ustadz, atau pengumuman dari pengurus asrama atau pengurus OSIS.
Ba’da shalat isya, beberapa orang anak terlihat mendekati hijab di mesjid, ini cara berinteaksi di asrama antara putra dan putri.
“ assalamu’alaikum ,,, bisa tolong panggilkan fulan/ah ,,, “
Mulai dari saudara kandung, saudara se-daerah, se-organisasi, bahkan saudara se-akidah, interaksinya lewat hijab.
Intinya, harus ada hijab, mungkinkah sekarang anak-anak NI di belahan bumi mana pun masih membawa hijab itu ?( bukan hijab masjid lho ,,, ), hijab hati yang paling penting ,,,
Pukul 21.00 wib ,,,
“ semua yang di asrama belajar ke kelas ,,, “
Ada yang langsung menuju ruang kelas, ada yang masih piket membersihkan ruangan makan, ada yang lagi sibuk memikirkan alasan untuk tidak belajar ke kelas, mulai dari berpura-pura sakit atau berpura-pura menjaga orang sakit. Hmm ,,,
Saya suka jika semua teman-teman belajar di kelas, lengkap. Karena saya suka kebersamaan yang begitu menyenangkan, masih ingat celutukan seorang teman ,, dengan mimik yang serius sekaligus sedih ,,,
“ ingat teman-teman!!! ,,, orang tua kita di rumah ,,,” suasana hening.
“ Enak-enakan nonton TV dan makan yang enak, sedangkan kita ???
Makan ikan ‘terbang’, ‘dop-dop’, dkk … “
Hmmm, serentak kelas rame setelah pernyataan itu. Suasana belajar malam yang tidak pernah tenang kecuali ada guru yang lagi patroli. Bagi yang tidur, siap-siap saja berlari di depan kelas, dan saya pernah menjadi korban, lelah yang tidak seberapa, tapi malu yang cukup berarti.
Mari pulang ke asrama, setelah lama memandangi jam yang rasanya bergerak lamban, akhirnya pukul 22.00 tiba juga. Kembali ke peraduan masing-masing.
“ putri ,,, tidur-tidur !!! jangan ada yang ngobrol lagi ,,, “
Menunggu besok pagi, pukul 04.00 suara sirine plus tepuk tangan akan membelah fajar di Nurul ‘Ilmi.
Asrama yang sangat ku cintai hingga detik ini. Bertemu dengan sosok-sosok yang membuatku mengenal Allah, mengenal Islam, mengenal ukhuwah, mengenal diri sendiri. Setiap jiwa dari mereka sangat berarti. Selama 3/6 tahun bersama dengan pribadi-pribadi memesona. Belajar dari tidak tahu menjadi tahu, belajar dari manja menjadi mandiri, belajar dari lemah menjadi tegar, belajar dari iman yang sedikit menjadi iman yang (semoga) terus bertambah.
Entah mengapa ,,, ikatan itu begitu kuat. Nurul ‘Ilmiku bukan sekadar nama yang indah, tapi memberikan banyak hal. Membentuk karakter dan pribadi di penjara suci ini, bukan di rumah. Segala kenangan rasanya sungguh berharga, tidak terlupakan. Semua teman-teman sudah seperti keluarga, sama-sama belajar ilmu akhirat, ilmu dunia, interaksi putra-putri yang cukup terjaga moga masih bisa dibawa sahabat semua kemana saja, hingga kita tidak sia-sia ada dalam penjara suci ini.
Untuk semua guru-guru yang pernah ada di Nurul ‘Ilmi, jazakumullah menjadi pembimbing kami. Lelah kalian moga di balas olehNya. Sosok-sosok yang istimewa. Beberapa dari kalian merupakan kakak kelas kami, belajar di NI dan mengajar di NI, subhanallah ,,, tapi setidaknya, kami beruntung, bentuk-bentuk hukuman dari beliau-beliau tidak terlalu berat, masih standar anak asrama, walau pun kaki ini sempat sakit karena jalan “ bebek “ 3 kali mengelilingi lapangan di depan masjid, hukuman yang cukup berarti karena terlambat masuk asrama.
Dan untuk guru-guru yang sabar “memanggil-manggil” kami lewat pengeras suara dari aula, sungguh sabar sekali.
“ putra dan putri segera ke kelas ,,, “
“ putra dan putri yang berada di asrama, gurunya sudah datang ,,, “
“ Putra dan putri yang bernama xxxxx, ada kiriman di meja piket ,,, “
“ dlll ,,, “
Dan tidak akan pernah lupa, untuk semua “wak dapur” ,,, jazakumullah atas semua jasanya memasak makanan untuk kami. Selama 6 tahun makan dari hasil kreasi beliau-beliau. Moga kesabarannya di balas oleh Allah mengahadapi perangai anak asrma yang cukup aneh ,,,
  • Minta kuah rendang daging atau ayam dengan wajah memelas ,,,
  • “ membobol” dapur dini hari untuk mengambil nasi
  • Minta wortel sebagai makanan penunda lapar
  • Dll
Dan saya lebih sering menjadi free rider ,,, menyenangkan sekali.
Dan untuk segenap security, mulai dari wak “potuk-potuk yang selalu menjadi tempat menitip nasi pas malam-malam kalau sudah lapar banget, wak “jetpam” yang terkadang membiarkan kita keluar gerbang malam-malam tanpa surat izin, bang lat#f yang selalu aktif memeriksa surat izin dan aktif menghukum kalau terlambat pulang ke asrama. Beliau-beliau ikut menyemarakkan kenangan selama di NI.
Dan untuk semua elemen yang ada di asrama tercinta, wak “jagung” dengan semangat membara mengunjungi tiap asrama ,
“ wak ,,, jagungnya dua Rp 1000,- kan ,,, ?
“ bukan ,,, satunya Rp 500,- ,,, “
Apa bedanya ??? v_v
Jazakumullah, untuk semua makhluk Allah dan benda-benda yang menghiasi NI tercinta, mulai dari pohon Al-pukat tempat berlatih “mencuri” secara sembunyi-sembunyi di keheningan malam, pohon pepaya yang tidak bosan berbuah yang selalu menjadi incaran, sumur “laktat” yang menjadi pelarian, kamar mandi umum, jemuran yang sering di terjang badai, dll. Semuanya sungguh berarti.
Untuk teman-teman elegan ,,,
Kalian adalah sosok-sosok yang menginspirasi, sosok-sosok yang punya kekhasan masing-masing. Rasanya, sangat merindukan kalian semua. Angkatan pembaharu ,,, ( semoga saja ,,, ).
Dimana pun kita sekarang, siapa pun kita sekarang, janganlah pernah lupa dengan ilmu yang kita dapatkan di penjara suci ini. Kembalilah ke fithrah masing-masing, jangan membohongi diri dengan “topeng” yang tidak sesuai dengan wajah kita. Kita tetaplah yang terbaik, di belahan bumi mana pun. Tetap jaga ibadah, hijab, semangat. insyaAllah semua akan baik-baik saja.
Mari MELANGKAH BERSAMA ,,,

Alhamdulillah ,,,
Untuk Nurul’Ilmi tercinta
Bintaro, 02 Juni 2011 : 00.10 wib

Al-imaanu yaziidu wa yanqush ( iman itu bertambah dan berkurang )

Bismillahirrahmanirrahim ,,,
Al-imaanu yaziidu wa yanqush
( iman itu bertambah dan berkurang )

Sebuah ringkasan kata yang tidak muluk, yang muncul dari rijalul hadits, Imam At-Tirmidzi. Tegas menegaskan, jelas menjelaskan, tidak terbantah sebab yang ingin membantah tahu kalau begitulah adanya dengan iman. Iman yang tumbuh menyubur dalam diri yang terkadang akan layu mengering, meranggas.
Yaziidu  bith thaa’ah, wa yanqushu bil ma’shiyah ,,,
Bertambah oleh sebab ketaatan dan berkurang karena kedurhakaan …
Begitulah mereka yang kaya dengan ilmu, merumuskan hal yang begitu rumit menjadi kalimat yang pendek dan sederhana, namun begitu kaya dengan makna. Sementara kita yang naïf ini, begitu seringnya tergoda untuk merumitkan  sesuatu yang sederhana agar disangka ‘alim, agar terlihat pandai, agar terkesan cerdas. Padahal tak satu pun dari untaian kalimat kita yang berbusa-busa di fahami orang, tak sedikit pun memberi kepahaman, dan seluruhnya jauh dari makna yang membangkitkan amal shalih. Astagfirullaahal ‘adhim.
Apa kabar iman kita hari ini ?
Mungkinkah ia tumbuh menyubur ,,, menghijau ,,, berbuah ,,,
Mungkinkah ia tinggi menjulang menghendaki berkah dari langit ,,,
Mungkinkah rapi berjalan di muka bumi menebar kebaikan ,,,
Ataukah ,,, ia sedang diam tanpa gerak ,,,
Ataukah ,,, ia gelisah tanpa kepastian ,,,
Ataukah ,,, ia bersembunyi, mengerdil dari amal-amal yang sudah menunggu ,,,
***
Tidak curigakan kita, saat amal tak lagi seindah yang kemarin, tak lagi se-rapih dulu, tak jauh dari kata berantakan, serampangan, “seadanya “ ,,,
Saat shalat-shalat wajib terasa seperti beban yang harus segera tertunai tanpa makna ,,, bukan bentuk kerinduan untuk bersua dengannya sebab bukankah hakikatnya saat shalat adalah saat bertemu denganNya ?
Saat kebosanan menjalari diri ini hanya untuk menyelesaikan 1 Juz kalam-Nya ,,, atau khatam 1 juz dengan keterburu-buruan tanpa penghayatan ,,,
Tidak sadarkah kita, saat malam enggan membangunkan kita untuk berdiri menjejak bumi dalam shalat yang khusyuk penuh harap ,,,
Saat shalat-shalat sunah menjadi prioritas kesekian dari  kesekian kali ,,,
Saat ukhuwah rasanya bermasalah ,,, senyuman yang tulus dianggap senyum sinis, nasehat dikira ejekan, saran diartikan “penyepelean “ ,,,
Sungguh ,,, berbahagialah untuk mereka yang sadar sepenuhnya. Kala langit beganti tabir, kala tangan mulai menghitung amalan yang tertempel di dinding kamar, di dinding hati  dan kala itu ,,, Istighfar memenuhi lisan, meneduhkan hati. Terlihat tunduklah wajah itu dihiasi tangis penyesalan. Dan ia tahu ,,, iman-nya sedang yanqush ,,, yanqush karena kedurhakaan.
Ya Ilahi ,,, kedurhakaan apa yang telah kami perbuat, kema’siatan apa yang sudah kami kerjakan ,,,
Mungkinkah ada saudara kami yang menangis, tersakiti hatinya  karena lisan ini yang terkadang berbuah pahit ,,, karena gerak ini yang tertafsir kasar ,,,
Mungkinkah Engkau yang tersakiti dengan kelancangan-kelancangan kami yang berani menghalau KecintaanMu dan mengundang kebencianMu ,,,
Ampuni kami Ya Ilah kami ,,,
Sungguh, kami mungkin sedang memilih satu diantara dua jalan yang Kau ilhamkan ,,, “ fujhuurohaa wa taqwaahaa ,,, “
Jalan ketaqwaan itu tidak sedang kami pilih ,,  tapi jalan yang satu-nya ,,,
Ampuni kami Ya Rahiim ,,,
Sabarkan kami atas kemaksiatan ,,, selamatkan kami atas kecenderungan hawa nafsu yang buruk menghinakan ,,,
Inilah kami, hambaMu ,,,
Iman yang turun karena kedurhakaan, kema’siatan ,,,
Ajari kami untuk memiliki iman yang benar ,,, melaksanakan ibadah yang benar ,,, dan selalu ber-mujahadah ,,,
Izinkan kami mengejar amaliyah hamba-hambaMu yang terpilih ,,,
Hingga cahayaMu layak untuk ada dalam hidup kami ,,,


@C35 : 08.46
Rabu, 08 Juni 2011

Dan kemaafan itu pun saling dipertukarkan

Bismillahirrahmanirrahim ,,,
Sebuah kecintaan akan jalan ini, da’wah ini menjadikan rasa tidak ingin meninggalkannya ,,,,
Air mata ynag terlihat berkilau, mengalir indah mengikuti irama nada-nada suara bersedih ,,, ia-nya mengalir seiring keikhlasan yang terdengar nyata ,,,
Yang terulur dari hati, mengheningkan alam ,,,  begitulah setidaknya yang ku rasa kala  amanah itu memindah diri.  Sungguh, dia telah dipergulirkan.
Hanya saja dalam renungku,
Akankah yang terbaik  yang akan kami beri ? lebih dari yang mereka beri atau setidaknya sama ,,,
Akankah yang manis yang akan kami suguh ? lebih manis dari yang mereka suguhkan atau setidaknya tidak pahit ,,,
Akankah yang rapi yang akan kami kemas ? lebih rapi dari  yang mereka kemaskan atau setidaknya tidak mengacau yang mereka buat dahulu nya ,,,
Dan, kulihat ,,, jasad dan ruh itu menyelang diri dengan tawa dan tangis.
Aku tahu, ia bahagia menyelesaikan urusan yang satu dan akan beralih ke urusan lainnya ,,,
Aku tahu, ia sedih membekaskan jejak yang mungkin ia/mereka rasa belum sempurna ,,,
Aku mungkin tahu ,,, kalau mereka sudah berikhtiar memberi yang terbaik, memberi yang lebih, memberi  yang indah ,,,
Dan ku lihat ,,, kemaafan itu kembali dipertukarkan, menyusul amanah-amanah itu pun beranjak berpindah, berkemas diri  dari pundaknya, dari pundak mereka ,,,
Dan lengkap sudah, kemaafan itu telah bersemayam menjadi sebuah keikhlasan ,,,
Kemaafan yang dipertukarkan antara kami dengan mereka, antara aku dengan dia ,,,
 
@c35, 27 juni 2011 ; 23.31
Kenangan 24 Juni 2011@tempat yang diberkahi

Surat terbuka untuk Allah ,,,

Wahai Rabb ,,
Mohon, hentikanlah pengkhianatanku ,,,
Kala didepanMu, dikala shalatku  terus saja kulafadzkan “ iyyakana’budu wa iyyakanasta’in ,,, “
Selepasnya, Engkau tau kalau kalimat itu tanpa bukti. Sekadarnya, melengkapi shalatku, karena tanpa kata itu aku tidak layak melanjut ke ayat berikutnya …
Kala di depan hambaMu, layaknya ku berikhtiar seolah aku paham bahwa Engkau melihatku, mengawasi laku-ku dan lisanku, berolah gerak seakan-akan dalam diriku hanya ada cintaMU.
Selepasnya, Engkau tau, kala sendiriku aku tidak demikian. Meringkuk bersedih berputus asa seolah makhluk malang yang tidak kebagian  jatah dari langit. Mengira dunia ini tanpaMu, dan seenaknya bermaksiat kala mereka tidak melihatku dan lupa bahwa Kau melihatku ,,,
Wahai Illahku ,,,
Mohon hentikan segala kemunafikanku ,,,
Kala aku berkata, tak  jarang yang melesat dari takaran tepat. Tiap kebohonganku kuselimuti dengan kebohongan yang lain, padahal aku tau, kekasihMu tak pernah berdusta walau dalam candanya. Siapakah yang kuteladani hingga kebohongan ini pun tak jarang kuuguhkan atasMu, aku berbohong padaMu. Hebat bukan ? membohongi penciptaku dengan berkata “ aku ridho Engkau sebagai Rabb-ku ,,, “, namun sering kupertanyakan keputusanMu atas hidupku, mengingkari ketetapanmu atas hidupku seolah-olah aku lebih tau yang terbaik untukku, untuk hidupku, daripadaMu.
Dengan sangat mudah berjanji, dan lepas sesudahnya aku melupakan, walau teringat, aku lebih memilih menunda hingga benar-benar lupa dari ingatanku. Coba kuhitung ,,,, hmmm, tak terhitung lagi janji ku yang terabai nama, hingga aku lupa kepada siapa saja ku mengumbar janji. Dan iya ,,, aku juga sering berjanji padaMU, dan ku sempurnakan kemunafikanku mendustaiMU sekaligus hambaMU. Hina bukan ? dan itulah aku ,,,
Cinta dengan amanah, namun tidak mencintai apa yang harus ditunaikan atasnya, khianat atasnya. Aku suka ke-popularitasan, mereka akan mengenal ku sebagai orang yang wahhhhhhhhhh ,,, dan aku senang. Aku berkhianat atas amanah yang dipercaya atasku, berkata tak sanggup walau jelas ku menyanggupi gelar yang tersemat atasku, baik sebagai ketua bidang X, mas’ul bidang Y, coordinator acara Z, aku hanya menyanggupi namaku bersanding dengan jabatan-jabatan itu dan tidak ingin repot-repot dengan urusan yang melelahkan. Dan aku berkhianat dengan berjuta alasan  untuk menghindari satu kerja nyata yang harus kutunaikan.

Ya muqallibul qulub ,,,
Peliharalah hatiku ,,, sungguh, aku tahu ia lelah  membersamaiku. Penolakan yang selalu ku beri  atas fatwanya cukup menjadi alasan  baginya mengadu padaMu, atas ciptaanMu ini yang tak peka akan kebeningan hati, karena sungguh kekeruhan lebih mencintai wadah itu, tidak lain hanya karena kema’siatan yang menjadi hobiku, berma’siat atasMu.
Sungguh, tak lepas ku jerat hatiku dengan dengki, iri ,,, terkadang bukan karena kebaikan mereka, namun dengki yang amat keji, dengki yang tak beralaskan kebaikan. Aku malu ,,,
Berapa banyak kemarahan yang terpusat di hatiku, namun wajahku tak terlihat marah, bermanis-manis  tak ikhlas ,,,, berapa banyak kesinisan kata yang kugubah menjadi nasehat yang sebenarnya bukan nasehat, namun aku seolah-olah pemberi nasehat, aku hanya ingin mengatakan bahwa “ kamu salah dan aku yang benar ,,, “.
Sungguh ,,, mereka tidak tahu ,, namun Engkau tahu ,,, inilah aku ,,,
Saat pujian yang layaknya bukan tertuju padaku, saat kemenangan yang bukan karenaku ,,, sadarkanlah aku bahwa aku harus mensucikan diri, mensucikan jiwa ,,,
Ajarilah aku jujur adaMU ,,, jujur pada diriku sendiri ,,, jujur pada hambaMu ,,,
Hingga tiada lagi yang terkhianati ,,, termasuk Engkau , Dzat yang lebih kucintai dari dunia dan seisinya ,,,
Dan saksikanlah ,,, Engkau lebih berhak kucintai daripada diriku sendiri ,,, dari pada apa pun

Sedih, Tangis Ukhuwah...

Seperih rasa sakit. Sungguh, jauh berbeda dari hari sebelumnya. Rasanya, air mata tak ingin berdiam diri, melepas diri, menangis. Dan aku tahu, saat itu, ada perih yang terasa menyayat hati. Dan aku paham, ukhuwah itu tidaklah sunyi dari uji.“ karena saat ikatan melemah, saat keakraban merapuh
Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
Saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
Hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
Tentu lebih sering, imankulah yang compang-camping ,,, “

Yah, benar.
 Imankulah  yang sedang sakit, amalanku-lah yang menurun dari semangat
Yah benar.
Akulah yang sebenarnya tersalah, akulah  yang pantasnya terdakwa.
Begitulah ukhuwah, atmosfer yang terkadang berganti. Menyengat, menyayat hati hingga sesekali menghalau air mata yang menandakan kesedihan.
Mungkin, aku yang tak paham bahwa sahabatku juga tak  lepas dari ujiNya. Hingga terkadang ketika sedih menyergapnya, masih saja ku tambah dengan ketidakpahamanku.
Dan sungguh, sahabatku,  aku juga tak lepas dari ujiNya. Hingga terkadang ketika sedih sedang berhadir bertemu dengan ketidaktahuanmu.
Dan akhirnya, harus kita tahu, ukhuwah itu sedang di uji. Saat ketidakpahamanku  dan ketidaktahuanmu menyatu tanpa melebur. Kita mungkin tahu, tapi tidak mau tahu.
Apakah cinta dalam ukhuwah itu ada hanya ketika hati  tentram ?
Apakah cinta dalam ukhuwah itu hadir hanya saat hati bahagia ?
Lalu, kemana ia saat hati gerah memanas ?
Lalu, kemana ia saat hati tangis memerih ?
Mungkin, ia lagi bersembunyi, menghilang.
Mungkin akan kembali, mungkin tidak.
Begitulah ukhuwah, ia tak sepi dari uji.
Begitulah sakitnya rasa cinta dalam ukhuwah, kala ia tak lagi sama dengan sebelumnya, hati terasa memerih, memerah tangis. Kala kata-kata mulai tidak seperti biasanya, segeralah hati merundung sedih. Kalau lah tidak ada rasa cinta, sungguh itu takkan terjadi, namun apakah harus bahagia atau bersedih ?
“ Abu Bakr bersimpuh lalu menggenggam tangan sang Nabi. Ditatapnya mata suci itu dalam-dalam. ‘ antara aku dan putra Al-Khattab,’ lirihnya, ‘ada kesalahpahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Aku merasa menyesal. Maka ku ketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya. Tapi, dia tidak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkanku.’
Tepat ketika Abu Bakr berkisah, ‘ Umar ibn Khattab datang dengan resah.
‘ sungguh aku di utus pada kalian, ‘ sang nabi bersabda menghardik, ‘ lalu kalian berkata, ‘ engkau dusta !’
Wajah beliau tampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya yang lebih dalam dibanding gadis dalam pingitan.
‘ hanya Abu bakr seorang, ‘ sambung beliau, ‘ yang langsung mengiyakan, ‘ engkau benar !’ lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku ?’
‘ umar berlinang, beristighfar dan berjalan bersimpuh mendekat. Tetapi tangis Abu Bakr lebih keras, derai air matanya bagai kaca jendela lepas. ‘ tiidak ya rasulullah. Tidak. Ini bukan salahnya, ‘ serunya erpatah-atah isak. ‘ demi Allah akkulah yang memang yang keterlaluan. ‘ lali dia pun memeluk ‘Umar, menenangkan bahu yang terguncang. Mereka menyatukan rasa dalam dekapan ukhuwah, menyembuhkan luka. “

Dan lihatlah,sahabatku … insan-insan terbaik ini pun tak lepas dari uji dalam ukhuwah mereka. Dan begitu pun kita, dan disini aku berada di posisi ‘Umar yang (mungkin) menyakiti hambaNya, dan disini aku berada di posisi Abu  Bakr yang( mungkin) memang keterlaluan.
“  masihkah aku tidak takut menyakiti hamba Allah yang dicintaiNya, yang berkorban di jalanNya ??? “
Sungguh, sebenarnya aku takut. dan maafkan aku ,,,
Semoga aku berada diantara kemaafan sahabat-sahabatku atas ukhuwah yang belum kutunaikan haknya. Dan ketahuilah, kita hidup dalam kemaafanNya.
“ ya Rabb ,,,
Izinkan aku mencintai sahabat-sahabatku baik di kala ia ridho atasku dan baik di kala ia enggan atasku ,,,
Izinkan aku mengasihi sahabat-sahabatku baik di kala ia bahagia denganku dan baik di kala ia benci denganku ,,,
Izinkan kami mencintai karenaMu, hingga ujian dalam ukhuwah ini bisa kami lewati dengan kefahaman kami dan keridhoanMu. “

@c35 ; 07.27
Jumat, 10 Juni 2011